Mei 1999, ratusan ribu fans United tumpah ruah memadati jalan-jalan kota Manchester, menyemut mengikuti laju bis yang membawa pahlawan mereka berparade setelah berhasil menorehkan sejarah emas Treble winner, tak akan ada yang melupakan hari itu –kecuali… tentu saja segelintir fans City.
Sepuluh tahun setelah mendapat banner usiran “Ta Ra Fergie” yang kesohor itu, Alex Ferguson akhirnya berhasil mengantar Manchester United mencapai langit ketujuh dunia sepakbola, dua trofi domestik dan satu trofi Eropa membuat kerajaan Inggris tidak ragu untuk menyematkan gelar ksatria pada pria keras dari Govan ini, semua fans United memujanya bak dewa, dunia mengakui kehebatannya. Alex is God.
Meanwhile, sekitar 53 kilometer dari kota Manchester,
seorang manajer muda yang kerap dipanggil “Giant Eyes” oleh teman-temannya
karena matanya yang bulat melotot saat marah tengah merenung sendiri di
kerasnya lapangan Deepdale, ia baru saja gagal membawa timnya, Preston North
End, melaju ke final play off Division Two, namun ia tidak berputus asa, karir
manajerialnya baru saja dimulai, ia tahu akan melangkah kemana.
Saat ditawari menjadi asisten manajer Preston 2
tahun sebelumnya, seorang physio klub tersebut bertanya padanya apakah ia akan
sungguh-sungguh menjalani karir manajerialnya, dengan tatapan tegas dan penuh
keyakinan, pria ini hanya menjawab singkat, “Kelak saat umurku 45 tahun nanti,
aku akan menjadi manajer kenamaan di Premier League.” And guess what? Dia berhasil,
bahkan saat umurnya menginjak 50 tahun ia telah menjadi manajer dari klub
terbaik di Premier League dan salah satu yang terbaik di dunia: Manchester
United. Sesuatu yang saya yakin tidak terbayang dalam alam pikiran liarnya
sekalipun ketika menjawab pertanyaan dari physio Preston tadi.
David William Moyes, nama lengkap pria itu, tidak
hanya berasal dari tanah yang sama dengan Sir Alex, dia juga mempunyai watak
yang sama: pekerja keras. Sejak umur 22 tahun dia telah mengikuti kursus
kepelatihan, mengumpulkan berbagai catatan dari manajer-manajer yang pernah melatihnya,
dan tak segan meminjam uang agar bisa berkeliling mengunjungi sesi latihan
tim-tim di Piala Dunia 1998. Sir Alex sempat menawarinya menjadi asisten
manajer tidak lama setelah itu, namun Moyes merasa belum siap, dia lebih
tertarik untuk terus menimba ilmu dengan memanajeri timnya sendiri meski bukan
di level tertinggi, tapi ia tahu pasti saat itu akan tiba.
Tak ada kerja keras yang tidak berbuah, bulan Maret
2002 menjadi saat bersejarah bagi Moyes setelah Everton resmi mengangkatnya
sebagai manajer, akhirnya ia berhasil mewujudkan mimpinya menjadi manajer
Premier League. Tak ada yang menyangka ia bisa bertahan begitu lama di Goodison
Park dengan rata-rata prestasi yang cukup stabil bersaing di zona Eropa meski dengan
kondisi seadanya, dia bahkan terus bisa mengorbitkan pemain-pemain muda. Semua itu
tidak luput dari penilaian Sir Alex, dibalik tirai jendela kantornya di
Carrington, Sir Alex merasa telah menemukan penerusnya.
Sekitar empat tahun yang lalu, saya berdiskusi
dengan beberapa teman tentang siapa yang kelak akan menjadi pengganti Fergie,
mayoritas teman berpendapat bahwa tidak ada sosok yang lebih tepat mengisi
singgasana Sir Alex selain manajer Inter Milan saat itu, Jose Mourinho,
alasannya sederhana: raihan prestasinya yang fantastis, sementara saya dan seorang
teman lagi memilih David Moyes, dengan alasan yang tak kalah sederhana: kepercayaannya terhadap pemain muda, serta etos kerja dan karakternya yang mirip dengan Fergie.
Tentu saja Moyes kalah populer jika dibandingkan dengan The Special One, hasil
polling di salah satu forum fans juga menempatkan Mourinho jauh di atas Moyes,
jangan coba sebut Jurgen Klopp, namanya bahkan tidak muncul di daftar polling
karena memang nyaris tidak ada yang mengenalnya empat tahun lalu. Tahun berganti
tahun, musim berganti musim, saya tetap yakin kelak Moyes lah yang akan menggantikan
Fergie meski entah kapan.
And finally the time has come… 8 Mei 2013, Sir Alex
resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer United, that was terribly
shocking… sebagai fan United, hal terakhir yang ingin saya dengar adalah kabar
tentang pensiunnya Fergie, dalam skala tertentu, ini seperti mendengar kabar
bahwa besok matahari akan terbit dari barat. Sejak mendukung United di musim
1995/96, saya cukup beruntung bisa menjadi saksi dari berbagai sejarah yang
ditoreh United, mulai dari dua kali gelar Double sampai malam surreal di
Barcelona yang memastikan gelar Treble, tapi saya merasa tidak siap untuk
menjadi saksi sejarah pergantian manajer United, akan menjadi sangat aneh
menyaksikan orang lain duduk di dug-out Old Trafford setelah seumur hidup hanya
melihat kakek tua yang duduk disana sambil sibuk mengunyah permen karet dengan
wajahnya yang memerah.
Tapi itulah yang terjadi, akhir musim 2012/13
menjadi semacam roller coaster bagi semua fans United, senang luar biasa karena
rekor gelar ke-20 bisa diraih tapi sekaligus sedih tak terkira karena Fergie
harus pergi. Tapi, selalu ada sisi positif dari setiap hal yang negatif, dan
bagi saya itu adalah tepatnya prediksi saya bahwa Moyes lah yang menjadi manajer
United selanjutnya atas rekomendasi Fergie sendiri. Scots for another Scots.
Saya jadi teringat cerita dari Sean Gregan, salah
satu anak asuh Moyes di Preston dulu, Sean berkisah bahwa saat itu tim sedang
dalam perjalanan menggunakan bis, ketika ia ingin pindah duduk ke kursi depan,
ia melihat Moyes tengah serius membaca biografi Sir Alex Ferguson dan menandai
bagian-bagian penting di setiap halamannya. Sungguh suatu takdir yang sempurna
melihat dia lah kini yang menjadi pengganti dari Sir Alex sendiri.
Musim 2013/14 akan segera bergulir, dan bagi saya
ini adalah satu dari beberapa musim transisi, yup… beberapa. Dulu Fergie membutuhkan
4 musim untuk meraih trofi pertamanya, dan kita tidak tahu berapa lama waktu
yang dibutuhkan Moyes untuk membuktikan kualitasnya.
United akan selamanya menjadi United, klub dengan tradisi
juara yang selalu memunculkan pemain-pemain muda terhebat, tapi transisi adalah
keniscayaan, Sir Alex telah menunjuk penggantinya yang terbaik dan berpesan
agar semua fans memberi dukungan penuh padanya…
“Your job now is to stand by our new manager!”
So, let’s just do that…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar